Selasa, 24 Februari 2009

Pengantinku (Siapapun Kamu...)

*******

Harum semerbak memenuhi ruangan. Udara khidmat menyebar hingga ke relung-relung hati.

Dengan gamang aku melangkah.Pengantiku menunggu di sana.
Aku terus melangkah; menuju hari-hari yang berbeda.

Nyanyian para wanita tua masih mengalun di luar sana, menyelip di antara desau-desau udara malam. Langkahku semakin mendekatkan diriku dengan kamar. Hari ini kali pertama ku melihat wajahnya. Pengantinku.

Di depan kelambu sutra aku terpaku. Hatiku berdebar bagai debur-debur ombak. Keringatku mengucur. Inilah detik dimana aku tidak dapat merasakan kehadiran diriku sendiri.

Kemudian telingaku merasakan suara halus; mengalun dari balik kelambu sutra.
"Mendekatlah," kebeningan dari balik kelambu berhembus bagai gemulai angin,"akulah pengantin cintamu.

"Cintaku adalah air kebahagiaan untukmu tanpa kuharus letakan bahagiaku di pundakmu. Cintaku padamu adalah perbaikan bagi keluhuran budimu tanpa menuntut kebaikanmu. Cintaku padamu adalah awal dari penerimaan bahwa engkau adalah kesempurnaan seutuhnya tanpa kuharus meninggalkan penyempurnaan jiwamu.

"Cintaku adalah awal dari perjalanan yang lebih indah menuju Negeri Cahaya. Cintaku adalah waktu untukku memberi segalanya untukmu.

"Datanglah padaku...

"Akulah telinga yang mendengarkan keluhanmu. Akulah senyuman yang memuji pengorbananmu. Akulah pundak tempatmu melepaskan beban-beban.
Akulah telaga tempatmu berlabuh.

"Aku adalah muara tempat kemarahanmu bermanja-manja. Aku adalah tasik tempatmu mendamaikan jiwa.

Kata demi kata dari gadis muda itu menyelinap ke ruang jiwaku. Asmara muda dan cinta belia membelai-belai jiwaku. Aku bagai berjalan di antara bunga-bunga melur di bawah siraman cahaya kemilau.

Ketika tanganku tak sanggup menyentuh kelambu sutra, seketika sebuah tangan indah menjulur dari sana. Terbukalah...

Engkau adalah kata-kata dari puisiku;yang bersanding di belantara kebahagiaan. Engkau adalah ombak dari pantaiku, menggairahkan nafas hidupku. Engkaulah warna dari tintaku...

Waktu menyusun sejarah. Pertemuan kita membuahkan kisah: tentang cinta teramat indah.

Aku berdiri lagi di sini. Tiga tahun telah berlalu. Dan malam ini aku tetap bergetar menatap pengantinku.


1 komentar:

khamiL mengatakan...

Kita bisa mengukur diri kita, jika kita ingin mendapatkan pasangan hidup yg terbaik yg dipilihkan oleh Allah kita juga harus introspeksi dan terus memperbaiki diri. Terus menambah Iman & Taqwa kita agar insyaAllah sesuai dengan jodoh yg Allah kehendaki. Melalui NIAT ibadah dalam sebuah pernikahan, jodoh seperti apapun yg dipilih Allah untuk kita niscaya akan sakinah mawaddah dan wa rahmah.