Sabtu, 28 Februari 2009

Ustad. Budi Darmawan Dan Usatadzah Yoyoh Yusroh beserta 12 putranya (sekarang da 13 lo...)




Subhanallah...
Jadi iri ni, di tengah kesibukannya mengemban amanah da'wah sebagai anggota DPR dari FPKS ustadzah Yoyoh masih senantiasa bisa mencurahkan segenap perhatian ma keluarga (moga putra-putrinya bisa manjadi jundi-jundi Allah yang istiqomah dalam pelukan tarbiyah dan da'wah. Amien ...)

Ustad Budi Darmawan juga keren abiz lo... beliu adalah seorang penulis sekaligus trainer yang tidak hanya mengisi di tingkat nasional, tapi uda tingkat internasional. Beliu juga yang punya inisiatif tu' menambah kata SEJAHTERA pada nama partai da'wah "Partai Keadilan" (Jadinya sejak 2004 partai da'wah namanya ga' PK lagi dech.. pi jadi Partai Keadilan Sejahtera...)

PKS itu:

Partai Keluarga Sakinah... (ni contohnya...^^)
Partai Keluarga Saya... (moga sakinah juga... InsyAllah)
Partai Keluarga Saudara juga kan...???




Keluarga yang HEBAT...!!! cermin ideal keluarga ikhwah... (ana bisa ga' jadi seperti Ustad Budi Darmawan ya...??? asalkan dapat "penyempurna separuh agama" seperti Ustadzah Yoyoh ana Haqqul yakin bisa. mauna..^^)

Buat antum yang uda ngebaca...
Doa'kan ana kela' bisa membina keluarga yang Islami juga za...
Amien...


Kamis, 26 Februari 2009

Bila Hati Rindu Menangis...



Bismillah...

Allah, aku bersaksi tak ada Ilah selainMu. Tak ada satu peristiwa pun terjadi tanpa seizinMu. Engkaulah Raja di atas segala Raja. Cinta di atas segala cinta. Engkau anugerahkan kekuasaan pada siapa yang Engkau kehendaki. Engkau cabut hak berkuasa dari siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa saja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau kehendaki.

Yaa Naashiru... tsabatkan kami dalam mengemban amanahMu sebagai khalifah fil ardh. Karuniakanlah kami, hamba-hambaMu yang lemah ini untuk berpihak pada kebenaran. Berikanlah kami, hambaMu yang bodoh ini, kekuatan dalam menyebarkan da’wahMu yang mulia. Yaa Ghoffaar...ampuni kelemahan kami dan sikap kami yang melampaui batas. Ighfir lanaa waliikhwaaninalladziina sabaquuna bil iimaan walaa taj’al fii quluubina ghillan lilladziina aamanuu. Robbanaa innaka rouufurrohiim...

Ya Allah, berapa waktuku yang habis untuk bercanda dengan temanku? Berapa waktu yang habis untuk tidurku? Berapa waktu yang habis untuk mencari bahan-bahan studiku? Berapa waktu yang habis untuk urusan duniawiku? Apakah ia lebih banyak dari waktu yang kugunakan untuk bekal akhiratku? Apakah ia menyita waktuku untuk berjuang di jalanMu? Apakah ia merebut waktu-waktu yang seharusnya kuhabiskan untuk beribadah kepadaMu? Waktu yang seharusnya kuhabiskan bersamaMu, berdua denganMu. Ya Allah, di sisa umurku yang entah tinggal berapa, izinkan hamba menghabiskan sisa air mata untuk menangis di hadapanMu, mengadu kepadaMu, kembali padaMu...

Untuk kali ini, izinkan hamba melepas semua atribut dan simbol-simbol keduniawian, menanggalkan jubah-jubah keorganisasian, dan menghadapMu hanya sebagai hamba yang rendah dan hina. Ya Allah, apakah jiwa-jiwa kami telah terperangkap dan terbelenggu oleh dunia? Apakah gelimang dosa telah menutup mata hati kami untuk rindu melihat syurga? Apakah hati yang membeku tak lagi merasa takut akan panasnya api neraka? Ampuni kami Ya Allah...

Kami sadar, jika kami memilih menjadi pejuang-pejuangMu untuk menegakkan DienMu niscaya ujian, cobaan, masalah, dan kesulitan adalah hal yang pasti kami tempuh. Dan kami sadar, tanpa ada kekuatan untuk bersandar, niscaya kami takkan mampu mengatasinya. Tanpa ada landasan untuk berpijak, kami takkan bisa melewatinya. Engkaulah Ya Allah, satu-satunya kekuatan untuk kami bersandar dan landasan untuk kami berpijak. Maka, tak ada jalan lain bagi kami kecuali berusaha untuk tetap bersamaMu, memelihara hak-hakMu, di kala senang dan lapang. Karena kami yakin, Engkau pasti akan ada bersama kami di saat kami mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolongan.

Sahl bin Abdullah berkata, “Barang siapa merasa Allah dekat dengannya maka hati mereka akan terasa jauh dari hal-hal selain Allah, dan barang siapa mencari keridhoan Allah, maka Allah akan membuat ridho, dan barang siapa menyerahkan hatinya kepada Allah, maka Allah menjaga seluruh anggota tubuhnya.”

“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS 29: 5)

“....Di antara sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan kepada Allah sebagai kesibukan bagimu” (Ali bin Abi Tholib)

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membantu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.” (Azzumar: 22-23)


Saat tak ada seorangpun di sisi
Allah, tak kan pernah meninggalkanmu sendiri
Dia akan selalu ada di tiap ketika
Menatapmu dengan tatapan lembut penuh cinta
Setiap kala
Setiap pabila

Bersama Allah, selalu dan selamanya.....

Selasa, 24 Februari 2009

Pengantinku (Siapapun Kamu...)

*******

Harum semerbak memenuhi ruangan. Udara khidmat menyebar hingga ke relung-relung hati.

Dengan gamang aku melangkah.Pengantiku menunggu di sana.
Aku terus melangkah; menuju hari-hari yang berbeda.

Nyanyian para wanita tua masih mengalun di luar sana, menyelip di antara desau-desau udara malam. Langkahku semakin mendekatkan diriku dengan kamar. Hari ini kali pertama ku melihat wajahnya. Pengantinku.

Di depan kelambu sutra aku terpaku. Hatiku berdebar bagai debur-debur ombak. Keringatku mengucur. Inilah detik dimana aku tidak dapat merasakan kehadiran diriku sendiri.

Kemudian telingaku merasakan suara halus; mengalun dari balik kelambu sutra.
"Mendekatlah," kebeningan dari balik kelambu berhembus bagai gemulai angin,"akulah pengantin cintamu.

"Cintaku adalah air kebahagiaan untukmu tanpa kuharus letakan bahagiaku di pundakmu. Cintaku padamu adalah perbaikan bagi keluhuran budimu tanpa menuntut kebaikanmu. Cintaku padamu adalah awal dari penerimaan bahwa engkau adalah kesempurnaan seutuhnya tanpa kuharus meninggalkan penyempurnaan jiwamu.

"Cintaku adalah awal dari perjalanan yang lebih indah menuju Negeri Cahaya. Cintaku adalah waktu untukku memberi segalanya untukmu.

"Datanglah padaku...

"Akulah telinga yang mendengarkan keluhanmu. Akulah senyuman yang memuji pengorbananmu. Akulah pundak tempatmu melepaskan beban-beban.
Akulah telaga tempatmu berlabuh.

"Aku adalah muara tempat kemarahanmu bermanja-manja. Aku adalah tasik tempatmu mendamaikan jiwa.

Kata demi kata dari gadis muda itu menyelinap ke ruang jiwaku. Asmara muda dan cinta belia membelai-belai jiwaku. Aku bagai berjalan di antara bunga-bunga melur di bawah siraman cahaya kemilau.

Ketika tanganku tak sanggup menyentuh kelambu sutra, seketika sebuah tangan indah menjulur dari sana. Terbukalah...

Engkau adalah kata-kata dari puisiku;yang bersanding di belantara kebahagiaan. Engkau adalah ombak dari pantaiku, menggairahkan nafas hidupku. Engkaulah warna dari tintaku...

Waktu menyusun sejarah. Pertemuan kita membuahkan kisah: tentang cinta teramat indah.

Aku berdiri lagi di sini. Tiga tahun telah berlalu. Dan malam ini aku tetap bergetar menatap pengantinku.


Jumat, 13 Februari 2009

Aktivis Melankolis (adakah itu aku...???)

Kepada kalian yang mempertautkan hati di jalan dakwah
Kepada kalian yang menjalin ikatan kasih dalam indahnya ukhuwah
Kepada kalian yang merindukan tegaknya syari’ah
Kepada kalian, ana tulis sebuah surat cinta
Karena bersama kalian ku temukan cinta di jalan dakwah,
Kasih dalam jihad fi sabilillah…
Uhibbukum FILLAH….LILLAH….


click to comment

Teruntuk para aktivis dakwah,

Dakwah berdiri di atas aqidah yang kokoh, ibadah dan ilmu yang shohih, niat yang lurus, dan iltizam yang kuat
Dakwah adalah proyek besar membangun peradaban umat
Dakwah adalah jalan yang sukar dan terjal
Dakwah adalah jalan yang sangat panjang
Dakwah penuh dengan gangguan, cobaan, dan ujian
Dakwah bukan jalan yang ditaburi bunga dan wewangi kesturi
Dakwah butuh komitmen yang kuat dari pengembannya
Dakwah memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil, tanpa putus asa, dan putus harapan
Dakwah butuh pengorbanan dan kesungguhan
Dakwah butuh kesabaran dan keistiqomahan


Teruntuk para pejuang,

Sudah teguhkah azzam yang kau pancang?
Benarkah perjuanganmu karena ALLAH?
Mundurlah, dan luruskan kembali niatmu, jika:
Nafsu masih merajaimu
Kilauan permata masih menyilaukanmu
Kesenangan dunia masih melenakanmu
Syaithan masih bersarang di dadamu dan menjadi teman setiamu
Kenikmatan semu masih membuaimu dan menutup mata batinmu
Percayalah, semua itu adalah keindahan sesaat yang akan menggoyahkan tekadmu. Allah Azza Wa Jalla sengaja ciptakan itu sebagai ujian bagimu!
Berbahagialah jika kau menjadikan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai tujuan akhirmu, puncak kerinduanmu. Dan jadilah antum sebagai orang-orang yang beruntung!


Untuk jiwa-jiwa yang merindukan kemenangan
Untuk setiap diri yang mengaku sholih
Untuk mereka yang mengajak kepada jalan yang lurus
Untuk mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan kebaikan
Ketika jalan yang kalian tempuh begitu sukar, ketika amanah yang kalian emban begitu berat, ketika tanggung jawab yang kalian pikul begitu banyak, terkadang kalian lupa dengan azzam yang kalian tanam sebelumnya, kalian lalai dan terlena. Kalian lupa membersihkannya, membidiknya, mengontrolnya, memuhasabahinya, dan lupa untuk meluruskannya kembali. Apakah dunia yang fana lebih kau cintai daripada kampung akhirat yang kekal abadi?


Duhai para pecinta ALLAH
Duhai yang meneladani Muhammad Rasulullah
Duhai yang menjadikann Al-Quran sebagai pedomannya
Duhai yang berjihad di jalanNya dengan sebenar-benarnya jihad
Duhai yang memburu syahid sebagai cita-cita tertingginya


Dakwah telah memanggilmu!
Umat menunggu pencerahan darimu!
Letih sudah mata ini menyaksikan kemaksiatan merajalela.
Lelah sudah kaki melangkah, karena setiap jengkal yang dipijak, bumi merasa terdzolimi oleh manusia-manusia tak beradab.
Lunglai tubuh ini ketika mendapati hukum-hukum Allah diganti dengan hokum-hukum makhluk yang hanya menebar kerusakan.
Perih hati ini ketika menemukan thoghut-thoghut bersarang di dalamnya.
Menangis batin ini menyaksikan saudara-saudara seiman, seislam, dan seaqidah saling caci, saling menyalahkan, saling bermusuhan. Lalu ke mana perginya ukhuwah? Apakah ukhuwah hanya berlaku pada segolongan atau sekelompok umat yang bernaung dalam satu jamaa'ah?


Wahai yang mengaku diri aktivis haroki,

Sudah benarkah aktivitas yang antum jalani dalam menyeru manusia ke jalan ALLAH?
Serulah dirimu sebelum kau menyeru orang lain.
Sudahkah ghiroh yang kau miliki kau poles dengan ilmu yang shohih? Karena semangat saja belum cukup! Teruslah tholabul'ilm..
Sudah efektifkah syuro-syuro antum? Apa yang ada dalam syuro hanya obrolan sia-sia yang mengundang tawa? Senda gurau tak bermakna? Tak ada lagi kesungguhan dan fokus menyelesaikan masalah? Terlalu banyak basa-basi dan kata-kata tak berarti?
Bagaimana cara antum merumuskan, mengatur strategi jitu, menyusun konsep, menetapkan target, men-SWOT, dan lain sebagainya, sudah syar'ikah? Sudahkah antum pantau terus niatmu agar tetap lurus di awal, di tengah, sampai ke penghujungnya? Di sini niat dan tujuan harus selalu di luruskan. Bukan demi keegoisan masing-masing individu atau jama'ah, tapi demi tegaknya Dienullah.
Lalu, bagaimana kenyataannya di lapangan? Teknis yang telah antum usahakan bersama? Apakah ada titik-titik noda di dalamnya?
Jhijab yang semakin longgar, virus merah jambu yang semakin menyebar, ukhuwah yang kian memudar, barisan yang terpencar. Atau mungkin sms-sms taujih yang menyebar di kalangan ikhwan dan akhowat yang kemudian mengotori hati-hati mereka, menodai niat tulus mereka. Dari kata-katanya, ada rasa kagum pada ghirohnya, salut pada keteguhannya, simpatik pada ke-haroki-annya, dan tersanjung pada perhatiannya. Benih-benih inilah yang akan tumbuh bersemi di hati dan mengefek pada amal sehari-hari.
Mungkin saja fenomena-fenomena itu yang mengurangi keberkahan dakwah sehingga ALLAH 'Azza wa Jalla belum mau menghadiahkan kemenangan itu pada kita! Karena di samping menyeru kepada kebenaran, tentara-tentara Allah itu juga menggandeng kemaksiatan, apapun bentuknya!


Akhi wa Ukhti...

Di mana antum berada saat saudara-saudara antum di belahan bumi yang lain sedang megangkat senjata, menghadang tank-tank zionis, melempar bom dan batu kerikil di medan intifadha? Di mana antum saat mereka berburu syahid? Yang mereka pertaruhkan adalah nyawa, akhi! Nyawa, ukhti! NYAWA!
Jika darah tak mampu antum alirkan, maka di mana saat saudara-saudara antum sedang bermandi peluh menyiapkan kegiatan-kegiatan dakwah, acara-acara syiar Islam, daurah, bakti sosial, dan seabrek agenda-agenda dakwah yang lain.
Di mana antum saat yang lain sedang membuat publikasi, mendesain dekorasi, menyediakan konsumsi, atau menyebar proposal, mencari dana ke sana ke mari? Semua demi kelancaran acara. Demi syiar Islam! Agar dakwah terus menggaung di berbagai penjuru. Agar Islam tetap berdetak di jantung masyarakat. Masyarakat yang kini telah hilang jati dirinya sebagai hamba ALLAH. Masyarakat yang kini malu mengaku sebagai Muslim. Masyarakat yang kini phobi dengan syari'at Islam. Ya, masyarakat itu kini ada di sekeliling kita. Mereka hadir di tengah-tengah kita. Mereka adalah objek dakwah kita!


Wahai yang masih memiliki hati tempat bersemayamnya iman, apakah ia tidak lagi bergetar kala ayat-ayatNya diperdengarkan? Apakah ia tak lagi geram ketika melihat kemungkaran terjadi di hadapannya?
Wahai yang memiliki mata yang dengannya antum bias melihat indah dunia, apakah ia tak lagi menangis saat dikabarkan tentang azab, ancaman, dan siksaan? Apakah ia tak lagi meneteskan cairan hangatnya ketika bangun di tengah malam dalam sujud-sujud panjang? Apakah ia tak lagi mengalirkan butiran-butiran beningnya ketika melihat saudaranya yang seaqidah didzolimi, dirampas hak-haknya, dilecehkan dan di aniaya, bahkan dibunuh karena mempertahankan diennya?


Ke mana kalian wahai aktivis dakwah?
Di mana kini antum berada?
Sedang bersantai ria di kamar sambil mendengar nasyid kesukaan?
Terbuai di atas kasur dengan bantal empuk dan selimut tebal?
Bersenda gurau bersama kawan-kawan?
Membaca novel-novel picisan?
Atau…sedang melamun memikirkan sang pujaan?


Kepada kalian yang sedang menanti hadirnya belahan jiwa…
Masih perlukah romantisme di saat nasib umat sedang berada di ujung tombak?
Masih perlukah gejolak asmara tumbuh dan bersemi di jiwa? Membuat otak sibuk memikirkannya, membuat setiap lisan tak henti menyebut namanya, membuat setiap hati tak tenang, resah, dan gelisah menunggu hadirnya.
Masih perlukah virus merah jambu menjangkiti rongga-rongga hatimu? Melemahkan sendi-sendimu, menggoyahkan benteng pertahananmu, merapuhkan tekadmu, menenggelamkanmu dalam samudera cinta mengharu biru.
Masih perlukah semua perasaan itu kau pelihara, kau tanam, kau pupuk, kau siram, dan kau biarkan tumbuh subur dalam hatimu?

Wahai aktivis dakwah, sungguh perasaan itu fitrah! Kau pun sering berdalih bahwa itu adalah anugerah. Sesuatu yang tak bisa dinafikan keberadaanya, tak bisa dielakkan kehadirannya. Cinta memang datang tanpa diundang. Cinta memang tak mampu untuk memilih, kepada siapa dia ingin hinggap dan bersemi. Dia bias menghuni hati siapaun juga, tak terkecuali aktivis dakwah! Sekali lagi, cinta itu fitrah!
Namun wahai ikhwah yang mewarisi tongkat estafeta dakwah, bisa jadi perasaanmu itu menghalangimu untuk mengoptimalkan kerja dakwahmu.
Bisa jadi perasaanmu itu mengganggu aktivitas muliamu.
Bias jadi perasaanmu itu mengusik hatimu untuk mundur dari jalan dakwah yang kau tempuh.
Bisa jadi perasaanmu itu membelenggumu dalam cinta semu.
Dan yang terparah, bisa jadi perasaanmu itu megnggeser posisi Rabbmu dalam tangga cintamu.
Tanpa kau sadari!
Yang kau ingat hanya dia! yang terbayang adalah wajahnya. Yang kau pikirkan kala dia menjadi partner dakwahmu seumur hidup, membangun pernikahan haroki, menemanimu membina keluarga dakwah dan menjadikannya abi/ummi dari jundi-jundi rabbani…ah indahnya! Yang ada di sholatmu, dia. Yang ada di tilawahmu, dia. Yang ada di bacaan ma’sturatmu, dia. Yang ada di benakmu, dia. Yang ada di aktivitasmu, dia. Hanya ada dia, dia, dia, dan dia!


Benarkah itu wahai saudaraku?
Mari kita jawab dengan serentak....na'udzubillahi min dzaalik!
Ke mana cinta ALLAH dan RasulNya kau tempatkan?
Di mana dakwah dan jihad kau posisikan?
Astaghfirullahal 'adziim...
Dakwah hanya dimenangkan oleh jiwa-jiwa bermental baja, bertekad besi, berhati ikhlas. Orang-orang beriman yang mengatasi persoalan dengan ilmu yang shohih dan memberi teladan dengan amal.
Perjalanan panjang ini membutuhkan mujahid/ah perkasa yang mampu melihat rintangan sebagai tantangan, yang melihat harapan di balik ujian, dan menemukan peluang di sekeliling jebakan.
Ke mana militansi yang antum miliki?
Ke mana ghiroh membara yang antum punya?
Pejuang sejati adalah mereka yang membelanjakan hartanya di jalan dakwah, menjual dunianya untuk akhiratnya, menorbankan nyawanya demi jihad fisabilillah, menggunakan seluruh waktu dan sisa umurnya untuk memeperjuangkan dan mengamalkan Islam.
Dakwah TIDAK BUTUH aktivis-aktivis MANJA!
Dakwah TIDAK BISA DIPIKUL oleh orang-orang CENGENG, MENTAL-MENTAL CIUT, NYALI YANG SETENGAH-SETENGAH, dan GERAK YANG LAMBAN!
Barisan dakwah harus disterilkan dari prajurit-prajurit yang memiliki sifat-sifat seperti di atas (manja, cengeng, mental ciut, nyali setengah-setengah, ragr-ragu, dan lamban bergerak). Karena, keberadaan mereka hanya akan menularkan dan menyebarkan aroma kelemahan, kerapuhan, kepasrahan, dan kekalahan di tengah-tengah barisan.
Dakwah butuh pejuang-pejuang tangguh untuk mengusungnya.
Dakwah butuh orang-orang cerdas untuk memulainya, orang-orang ikhlas untuk memperjuangkannya, orang-orang pemberani untuk memenangkannya!
Antumlah orang-orang terpilih yang mengukir sejarah itu!


So...
Aktivis melankolis, perlukah???


(Khaleeda, 1 syawal 1428 H)

NB: jika pesan dalam surat cinta ini tak mampu menghujam ke dada antum sekalian, minimal kata-kata ini menjadi tombak-tombak yang menancap ke jantung atau menjadi peluru-peluru yang meluncur dan menembus ke hati si penulis. Hati yang senantiasa mengupayakan perbaikan di setiap langkahnya. Hati yang ingin kembali kepada Pemiliknya. Hati yang memohon agar pintu maghfiroh terbuka untknya, hati yang mengemis cinta kepada Rabbnya...
Karena sesungguhnya kata-kata “antum, kau, kalian” dalam tulisan ini tertuju untuk diri penulis itu sendiri. Semua mengarah padanya, mengacu padanya!
Dan sesungguhnya, hanya ALLAH 'Azza wa Jalla yang mampu memberikan hidayahNya kepada hamba-hambaNya yang terpilih!
La hawla wala quwwata illa billah....

Teruntuk diriku,
semoga silih bergantinya waktu, kejadian demi kejadian, kegagalan demi kegagalan, semakin menempaku tuk jadi pribadi yang tangguh, tegar, dan kuat menghadapi getirnya ujian. Semakin dewasa memaknai kehidupan, semakin memicu semangat dakwah, jihad dan tholabul 'ilmi. Semakin bersyukur, dan semakin mengantarkanku pada Cinta Tertinggi, Cinta di Atas Segala Cinta, Yang Tak kan Habis CintaNya untuk setiap hamba yang ingin kembali kepadaNya...
(dari seorang ukhti...)